Senin, 07 November 2016

Pendidikan karakter


MAKALAH

Hormat Terhadap Orang lain dan Menciptakan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Karakter yang diampu oleh : Dr. Encep Supriatna, M.Pd










Nama Kelompok         :

  1. Febi Fujianti                            (1500247)
  2. Ati Rohmawati                       (1500783)
  3. Eka Cahya Swastika               (1500992)
  4. Lavenza Dwir Cayani            (1501268)

Kelas   : 2-A PGSD





UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

 2016

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan karakter. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah pendidikan karakter Dr. Encep Supriatna, M.Pd. dan Deri Hendriawan, M.Pd. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Oleh karenanya kami mohon maaf atas tulisan kami yang sangat jauh dari kesempurnaan ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.







Serang, Oktober 2016





Penyusun

































DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR         ....................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii



BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Makalah         ...........................................................
  2. Rumusan Masalah       .......................................................................
  3. Tujuan Penulisan         .......................................................................
  4. Manfaat Penulisan      ...................................................................... 
  5. Sistematika Penulisan .......................................................................


BAB II PEMBAHASAN

  1. Hormat Terhadap Orang Lain             ...............................................
  2. Menciptakan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter ...........



BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan     ...................................................................................
  2. Kritik dan Saran          ...............................................................................................


LAPORAN HASIL DISKUSI

DAFTAR PUSTAKA

























BAB 1

PENDAHULUAN



    1. Latar Belakang
      Dewasa ini, kita melihat banyaknya gejala sosial yang berlaku di segenap lapisan masyarakat kita. Terlalu banyak sebab yang dapat dikaitkan sebagai punca berlakunya gejala-gejala tersebut. Salah satu dari sebab-sebab ini ialah terkikisnya nilai-nilai murni kesopanan dan rasa hormat-menghormati antar sesama yang disemaikan agama dan budaya sejagat. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
      Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
      Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat, dan untuk itu perlu adanya pengembangan pembelajaran berbasis karakter guna menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
      Untuk itu penulis menulis makalah yang berkaitan dengan sikap hormat terhadap orang lain dan cara menciptakan proses pembelajaran yang berbasis karakter.



    1. Rumusan Masalah
      Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya :

  1. Apa saja bentuk penghormatan terhadap orang lain?
  2. Apa saja hal yang menunjukkan kepedulian terhadap kesehatanbersama?
  3. Bagaimana menunjukkan perilaku hormat, santun, dan peduli terhadap sesama?
  4. Bagaimana cara membangun pembelajaran berbasis karakter?
  5. Apa saja strategi mengembangkan pembelajaran berbasis karakter?




    1. Tujuan Penulisan

  1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penghormatan terhadap orang lain;
  2. Untuk mengetahui hal yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama;
  3. Untuk mengetahui bagaimana menunjukkan perilaku hormat, santun, dan peduli terhadap sesama;
  4. Untuk mengetahui cara membangun pembelajaran berbasis karakter;
  5. Untuk mengetahui strategi mengembangkan pembelajaran berbasis karakter;
  6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “pendidikan karakter”.



    1. Manfaat Penulisan
      Memberikan ilmu serta pengetahuan baik kepada tim penyusun maupun kepada pihak lain tentang materi pendidikan karakter sehingga mampu memahami makna dari pendidikan karakter dunia pendidikan.

    2. Sistematika Penulisan Masalah
      Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, manfaat penulisan dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
      Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai bentuk-bentuk perhormatan terhadap orang lain, sikap menunjukan kepedulian terhadap sesama, cara menunjukan perilaku hormat, santun, dan peduli terhadap sesama, bagaimana cara membangun pembelajaran berbasis karakter, dan menguraikan strategi apa yang bisa digunakan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis karakter.
      Pada Bab III Penutup, menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.





















BAB 2

PEMBAHASAN

    1. Hormat Terhadap Orang lain
      1. Bentuk Perhormatan Terhadap Orang Lain
        Menurut Thomas Lickona (2013:96) bentuk-bentuk Penghormatan:

  1. Hormati diri sendiri

  • Jika Anda mempunyai pemikiran yang sepertinya mengatakan bahwa "Saya akan menjadi orang yang mementingkan diri sendiri jika saya tidak memberikan seluruh waktu saya untuk membantu orang lain" cobalah Anda bentuk lagi pemikiran ini agar kalimatnya menjadi seperti ini "Dengan memberikan waktu kepada diri sendiri, saya akan bisa memperhatikan orang lain dengan lebih baik."
  • Jika seseorang tidak menghormati Anda, pertanyakanlah nilai hakiki Anda sebagai manusia, Anda berhak untuk mempertanyakannya. Jika seseorang membuat pernyataan yang sifatnya mendiskriminasi atau kejam, bicaralah. Katakan kepada mereka apa yang membuat Anda merasa tidak dihormati dan apa sebabnya.

  1. Dengarkan dengan sungguh-sungguh
    Banyak orang yang tidak mampu mendengarkan dengan baik, karena mereka mudah terganggu, selalu memeriksa ponsel mereka, atau sibuk memikirkan apa yang selanjutnya ingin mereka katakan. Belajarlah untuk bisa sungguh-sungguh mendengarkan pada saat orang lain sedang berbicara.

  • Tataplah mata orang yang sedang berbicara. Jangan biarkan pandangan Anda berkeliaran ke seluruh ruangan, atau mereka akan merasa bahwa Anda tidak memperhatikan apa yang sedang mereka katakan,
  • Berikanlah perhatian selama mereka berbicara. Matikan dulu ponsel Anda, atau matikan nada deringnya, dan jika Anda menyadari bahwa pikiran Anda teralihkan, mintalah mereka mengulang apa yang baru saja mereka katakan agar Anda bisa kembali melanjutkan percakapan.

  1. Jangan mengganggu waktu dan keleluasaan pribadi orang lain.
    Di zaman modern seperti saat ini, kita tidak lagi mempunyai banyak waktu, jadi jika Anda sampai terpaksa mengusik keleluasaan pribadi orang lain, pastikanlah bahwa hal ini memang benar-benar harus Anda lakukan (misalnya karena rumahnya terbakar, atau ada kecelakaan).

  • Jangan mengganggu seseorang yang sedang membaca di tempat umum, seperti di kedai kopi, dalam kendaraan umum, di taman, terutama jika mereka sedang memakai penyuara telinga.
  • Jika Anda tinggal serumah bersama orang lain, tanyakan terlebih dulu sebelum Anda mengundang serombongan orang untuk berkumpul di rumah, dan mintalah persetujuannya.

  1. Tanggapilah gagasan orang lain dengan penuh perhatian.
    Dengarkan gagasan, pendapat, dan nasihat dari orang lain dengan pikiran yang terbuka. Anda tidak harus setuju dengan mereka, tetapi berikanlah kesediaan Anda untuk memikirkan apa yang mereka katakan.

  • Contohnya, jika seorang rekan kerja menyampaikan kepada Anda sebuah gagasan yang menurut Anda sangat aneh, atau tidak bisa diterapkan, berikanlah kesediaan untuk mendengarkan gagasannya dan pertimbangkanlah pro dan kontranya. Anda mungkin akan terkejut.
  • Jika seseorang menyampaikan gagasan yang tidak sopan atau menyakiti perasaan orang lain (misalnya mereka membahas tentang ras atau seksisme) Anda tidak mempunyai kewajiban untuk mendengarkan ucapan mereka dan jika Anda bisa, Anda harus menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka katakan adalah pandangan-pandangan yang tidak pantas untuk dibahas.

  1. Jangan mengganggu waktu dan keleluasaan pribadi orang lain.
    Di zaman modern seperti saat ini, kita tidak lagi mempunyai banyak waktu, jadi jika Anda sampai terpaksa mengusik keleluasaan pribadi orang lain, pastikanlah bahwa hal ini memang benar-benar harus Anda lakukan (misalnya karena rumahnya terbakar, atau ada kecelakaan).

  • Jangan mengganggu seseorang yang sedang membaca di tempat umum, seperti di kedai kopi, dalam kendaraan umum, di taman, terutama jika mereka sedang memakai penyuara telinga.
  • Jika Anda tinggal serumah bersama orang lain, tanyakan terlebih dulu sebelum Anda mengundang serombongan orang untuk berkumpul di rumah, dan mintalah persetujuannya.

  1. Budayakanlah perilaku yang baik.
    Caranya semudah mengucapkan "terima kasih" dan "tolong" pada saat Anda meminta sesuatu dari orang lain. Cara ini menunjukkan bahwa Anda menghargai waktu dan usaha yang orang lain berikan untuk menolong Anda dan membuat mereka merasa dihormati.
    Contoh lain dari perilaku yang baik misalnya dengan tidak menyela sebuah pembicaraan. Jika ada yang harus Anda sampaikan, tunggulah sampai Anda bisa menemukan waktu yang tepat untuk mulai berbicara.


Menurut Zubaedim (2012:28) mengemukakan bagaimana cara menghormati orang lain yaitu sebagai berikut:

  1. Hargai perbedaan
    Ada banyak perbedaan pada setiap manusia, seperti kondisi sosial ekonomi, pekerjaan dan peran. Misalnya, anak melihat tukang sampah di depannya, kemudian ia merasa jijik dengan hal tersebut. Anak bisa saja mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.Nah, Mom bisa mengajaknya berdiskusi mengenai profesi orang tersebut.Beri pandangan pada anak bahwa mengelola sampah merupakan tugas mulia yang dijalankan oleh tukang sampah. Minta anak untuk membayangkan apa yang terjadi jika tidak ada seorang pun yang mau menangani sampah. Dengan demikian, diharapkan anak mampu berperilaku yang tepat saat melihat tukang sampah
  2. Tumbuhkan rasa empati anak
    Rumus sederhananya: jika orangtua berempati pada anak, maka anak akan lebih mudah berempati pada orang lain. Hal-hal kecil yang bisa Mom lakukan, ketika anak sedang belajar kemudian ia mengantuk, Mom sebagai orangtua bisa memberikannya pengertian dengan berkata pada anak untuk melanjutkan belajarnya esok hari. Mendengar hal itu, anak akan merasa dimengerti dan dihormati sebagai pribadi 
  3. Jangan lupa bilang “tolong” dan “terima kasih”
    Sering kali kita meminta anak untuk mengucapkan kata “tolong” saat membutuhkan bantuan dan mengucapkan “terima kasih” saat sudah diberikan bantuan. Sayangnya, kita kerap lupa mengucapkan kata-kata ‘sakti’ tersebut . Kata “tolong” dan “terima kasih” adalah kata-kata singkat, namun penting untuk menunjukkan sikap hormat pada orang lain
  4. Biasakan untuk meminta maaf saat melakukan kesalahan
    Jika  berjanji pada  seseorang untuk mengajak ke arena bermain atau nonton bioskop, ia tentunya berharap janji itu akan ditepati. Namun, suatu ketika orang tua membatalkannya dan tidak jadi pergi karena sedang tidak enak badan misalnya.Hal yang dapat kita lakukan adalah meminta maaf.kitaharus jujur mengakui bahwa diri kita tidak bisa menepati janji akan menjadi ‘obat’ penghilang rasa kecewa.



      1. Kepedulian Terhadap Kesehatan Bersama
        Diantara kita, banyak sekali yang sekiranya kurang memperdulikan keadaan jasmaninya, karena mereka menganggap bahwa itu hal yang tidak penting.Bagi mereka, yang lebih penting adalah penunaian amanah-amanah dengan sukses dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah diketahui.Kurang peduli terhadap jasmani atau fisik bisa seperti tidak menjaga asupan makanan yang sehat dan bergizi, sehingga seringkali tubuh mudah terkena penyakit atau virus, kemudian tidak diobati dengan tuntas sehingga menjadi penyakit yang begitu parah.(Sutrajo Adisusilo, 2013:65)
        Ketidakpedulian yang lainnya seperti tentang kebersihan tubuh.Kebersihan tubuh bisa seperti kebersihan pakaian, rumah tempat tinggal, kamar pribadi, kebiasaan sehari-hari, pergaulan di luar, dan lain-lain.Termasuk kurang peduli kepada penampilan, misalnya memakai pakaian dengan warna yang mencolok, tidak serasi, memakai pakaian tidak sesuai dengan waktunya atau acaranya dan jilbab yang tidak rapih.Tetapi banyak pula muslimah yang memperlakukan tubuhnya secara berlebihan, sehingga cenderung berperilaku boros, baik untuk pakaian yang dikenakan, perawatan tubuh mereka, aksesoris perhiasan, dan lain sebagainya.(M. AR. Gayo, 1990:34)
        Sehingga pakaian muslimah yang digunakan tidak seusai lagi dengan syar’i (penutup auratnya dengan tidak tipis/menerawang/ketat, berwarna mencolok mata). Seorang muslimah yang mensyukuri nikmat tubuhnya, tentunya akan senantiasa bersikap proporsional, menjaga dan merawat fisiknya dengan baik. Menjaga asupan energi dari makanan dan minuman dengan memilih yang halal, bersih, serta bergizi.Berolahraga dengan teratur agar kesehatan tetap terjaga.Porsi tidur yang cukup dan berkualitas, bukan kuantitas.Karena kebersihan merupakan sebagian dari iman, menjaga kebersihan diri (kebersihan kulit, wajah, rambut, kuku, bau aroma tubuh) dan lingkungan (kamar tidur, toilet, pekarangan rumah) merupakan beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan seorang muslimah.(Doni Koesoema, 2010:38)
        Kesehatan wanita di masa muda akan sangat berpengaruh bagi kehidupannya kelak jika telah berkeluarga. Misalnya untuk kesehatan reproduksinya, kesehatan organ seksualnya, kekuatan tubuhnya untuk hamil, menyusui, mengurus rumah tangga, dan aktif di masyarakat. Dalam berpakaian pun senantiasa sesuai dengan syari’at, rapih, bersih, sehingga menciptakan kesan yang baik di masyarakat, sebagaimana keharusan sosok wanita muslim. Ini merupakan bagian dari wujud sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberi kita nikmat hidup yang begitu berlimpah. (Doni Koesoema, 2010:62)
        Selain itu, M. AR. Gayo Mengatakan (1990:67) untuk menunjukan rasa kepedulian kita kepada kesehatan sesama, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan misalnya :

  1. Tidak Merokok Sembarangan
    Semua orang, telah mengetahui dampak negatif rokok bagi kehidupan.Menurut penelitian, bahwa kurang lebih 11.000 orang meninggal akibat rokok.Hal tersebut terjadi karena setiap seseorang menyalakan sebatang rokok, setiap kali pula seseorang tersebut terkena lebih dari 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan. Rokok mengandung 8 hingga 20 mg nikotin.Setelah dibakar, sekitar 25 persen nikotin masuk ke dalam sirkulasi darah, dan dengan waktu 15 detik sampai ke otak manusia.
    Dengan demikian, penghisap asap sampingan (perokok pasif) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang diembuskan balik oleh perokok).Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa angka kejadian penyakit akibat rokok lebih tinggi pada perokok pasif daripada perokok aktif. Dan bagi anak-anak di bawah umur, terdapat risiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok.
  2. Menjaga Kebersihan
    Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhan perhatian khusus karena sampah menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas kesehatan warga masyarakat, merusak estetika sekolah. Bahkan menurut ahli kesehatan, polusi sampah mengakibatkan dampak buruk yaitu pertama, terhadap kesehatan. Hal ini bisa mengakibatkan meningkatnya penyakit infeksi saluran pencernaan, kolera, tifus, disentri, dll karena faktor pembawa penyakit tersebut, terutama lalat, kecoa, meningkat akibat sampah yang menggunung, khususnya meningkatnya penyakit di TPA, demam berdarah, dsb
    Pembuangan sampah yang selama ini banyak dilakukan adalah dengan ditumpuknya dipinggir jalan, sehingga dapat mengganggu lancarnya arus transportasi, demikian juga dengan lingkungan sekolah kita yang kadang-kadang kita semua tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan sekolah baik didalam maupun diluar. Serta sampahsampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah. Disaat musim hujan tiba, saluran tidak bisa menahan air yang deras dan akhirnya terjadilah pengikisan tanah atau teras dan sangat tidak sanggup menahan tekanan air tadi dan lalu mencari daratan baru, yang akhirnya meluap kepermukaan dan akan menyebabkan banjir.
    Begitupun dampak dari sampah yang dibakar, mungkin pembakaran sampah di pekarangan rumah lebih praktis, tapi dalam jangka waktu yang panjang cara seperti ini sebenarnya merugikan individu yang bersangkutan, komunitas, dan lingkungan secara keseluruhan. Polusi yang kelihatannya sedikit ini lamalama menjadi bukit, karena polusi ini perlahanlahan akan membuat sebagian orang yang seharusnya hidup sehat menjadi sakit, antara lain sakit gangguan pernafasan. Perlu kita tahu bahwa lingkungan bersih atau tidaknya berdampak besar bagi  otak manusia. Karena oksigen berupa O2 yang dihirup melalui paru – paru sebagian besar  berfungsi untuk memperlancar peredaran darah melalui saraf otak manusia. Hal inilah yang selalu dikhawatirkan oleh manusia.Sehingga mereka dapat menjaga kebersihan lingkungan disekitarya.Oleh karena itu peran masyarakat dan kepedulian masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan lingkungan yang bersih agar kita semua dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.
  3. Bahaya Alkohol
    Alkohol adalah zat penekan susunan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :

  • Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
  • Usia, berat badan, dan jenis kelamin
  • Makanan yang ada di dalam lambung
  • Pengalaman seseorang minum- minuman beralkohol
  • Situasi dimana orang minum

Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah.Sayangnya orang banyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka mengabaikan efek buruknya. Resiko intoksikasi (”mabuk”) Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehingga dapat menyebabkan kematian.

Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangnya produktifitas kerja (misalnya ”teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal.70 % dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 % kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol. Pengaruh Jangka Panjang Mengkonsumsi alkohol berlebiha dalam jangka panjang dapat menyebabkan :

  • Kerusakan jantung
  • Tekanan Darah Tinggi
  • Stroke
  • Kerusakan hati
  • Kanker saluran pencernaan
  • Gangguan pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)
  • Impotensi dan berkurangnya kesuburan
  • Meningkatnya resiko terkena kanker payudara
  • Kesulitan tidur      
  • Kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan
  • Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi.


  1. Bahaya Narkoba
    Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi ) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
    Dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan :

  • Upper adalah jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin.
  • Downer adalah golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan / sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas.
  • Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai.Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Dampak Fisik: Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

Doni Kosoema mengatakan (2010:34) Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pecandu narkoba adalah:

  1. Memberikan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan untuk taat beragama serta patuh terhadap hukum kepada semua lapisan masyarakat secara selektif dan prioritas.
  2. Melaksanakan bimbingan serta menyalurkan kegiatan masyarakat terutama generasi muda yang ada kepada kegiatan positif seperti olahraga, kesenian dan lain-lain.
  3. Melaksanakan kegiatan edukatif  dengan sasaran menghilangkan faktor-faktor peluang, pola hidup bebas Narkoba dan penerangan secara dini terhadap penyalahgunaan Narkoba


      1. Perilaku Hormat, Santun, dan Peduli Sesama

  1. Perilaku hormat
    Menghormati seseorang berarti melayani dengan penuh sopan, memandang tinggi kepadanya dan menghargai kebaikannya. Sikap sebegini telah lama digariskan di dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan melalui contoh-contoh sikap Rasulullah SAW yang ditonjolkan kepada kita sejajar dengan maksud sebuah hadis yang berbunyi: “Sesungguhnya akhlak Rasulullah itu ialah seperti yang terdapat dalam al Quran” (Riwayat Bukhari Muslim). Allah SWT menyuruh kita memandang kepada Nabi Muhammad SAW sebagai contoh terbaik dalam kehidupan kita sebagaimana firmanNya di dalam surah al Qalam ayat 4: “Dan bahawa sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad SAW) mempunyai akhlak yang amat mulia.” (Agus Wibowo & Sigit Purnama, 2013:44)
    Agama suci Islam telah memberi panduan yang jelas dalam aspek menghormati sesama makhluk Allah sama ada menghormati sesama manusia mahupun makhluk-makhluknya yang lain. Ini khususnya untuk memelihara hubungan yang baik kerana keberadaan kita di muka bumi ini menuntut kerjasama yang terus buat pendekatan. Bahkan, lebih jauh lagi, menghormati sesama manusia mencakupi hormat kepada yang tidak sesuai yaitu antara yang muda kepada yang tua dan yang tua kepada yang muda sebagaimana maksud hadis: “Barangsiapa tidak menaruh hormat kepada orang yang lebih tua diantara kami atau tidak mengasihani yang lebih muda, tidaklah termasuk golongan kami” (Hadis sahih riwayat Imam Ahmad dan disepakati yang lain). (Agus Wibowo & Sigit Purnama, 2013:52)
    Sebagai seorang mahasiswa kita wajib menghormati orang lain. Baik itu pendapat, sikap, tingkah laku maupun keyakinan. Kita tidak boleh mencaci maki keyakinan orang lain. Kita harus bisa menghormati keyakinan atau pendapat orang lain. Ada pepatah yang mengatakan kalau kita mau dihormati, maka kita harus menghormati dulu. Mungkin pepatah itu bisa dijadikan motivasi buat kita aagar kita bissa menghormati orang lain. (Wahyudin Sumpeno, 2009: 45).
  2. Santun
    Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam, berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dalam perilaku dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapan pun. Santun yang tercermin dalaman perilaku bangsa Indonesia ini tidak tumbuh dengan sendirinya namun juga merupakan suatu proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa yang luhur. (Thomas Lickona, 2013:54).
  3. Peduli Sesama
    Kehidupan masyarakat sekarang ini bergeser menjadi lebih individualis. Kebersamaan danm saling tolong-menolong dengan penuh ketulusan yang dahulu menjadi ciri khas masyarakat kita semakin menghilang. Kepedulian terhadap sesamapun semakin menipis.Konsentrasi kehidupan masyarakat sekarang ini didominasi pada bagaimana mencapai mimpi-mimpi materialis. (Ngainun Naim, 2012:207).
    Pergeseran kehidupan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor perubahan sosial yang berlangsung secara fasif. Berhubungan dengan sesama manusia senantiasa penuh dengan dinamika. Tidak selalu semuanya berjalan baik dan harmonis. Tidak jarang terjadi perbedaan. Munculnya konflik dan kekerasan yang belakangan banyak terjadi di daerah indonesia menunjukkan bagaimana perbedaan tidak dijadikan sebagai potensi untuk membangun kekayaan khazanah hidup. Padahal perbedaan merupakan bagian dari hukum tuhan yang tidak mungkin untuk dihindari. Oleh karena itu perbedaan harus dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya kehidupan. (Muchlas Sumani dan Hariyanto, 2011: 67).
    Berkaitan dengan hal ini, penting merenungkan pendapat filsuf Deeepak Chora. Beliau menyatakan “kalau kamu melayani sesama, kamu mendapatkan balasan yang lebih banyak. Kalau kamu memberikan hal yang baik, hal yang baik akan mengalir kepadamu.” Peduli sesama harus dilakukan tanpa pamrih. Tanpa pamrih berarti tidak mengharapkan balasan atau pemberian apapun yang kita lakukan kepada orang lain. Jadi saat melakukan aktivitas sebagai bentuk kepedulian, tidak ada keenggenan atau ucapan menggerutu. (Toto Suharto, 2012: 59).



    1. Menciptakan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter
      1. Membangaun Pembelajaran Berbasis Karakter
        Pelaksanaan kurikulum berbasis karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Tahap-tahap ini akan diuraikan lebih detail berikut ini :

  1. Tahap Perencanaan
    Pada tahap perencanaan yang mula-mula dilakukan adalah analisis SK/KD, pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter, dan penyiapan bahan ajar berkarakter. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Guru dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan dalam proses pembelajaran.
    Secara praktis pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan sebelumnya dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar atau di kolom silabus yang paling kanan. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang dengan penyesuaian terhadap karakter yang hendak dikembangkan. Metode menjadi sangat urgen di sini, karena akan menentukan nilai-nilai karakter apa yang akan ditargetkan dalam proses pembelajaran.
    Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran juga dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Revisi RPP dilakukan dengan langkah-langkah: 

  • Rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga afektif (karakter), dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter. 
  • Pendekatan/metode pembelajaran diubah (disesuaikan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter. 
  • Langkah-langkah pembelajaran juga direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning), dan pembelajaran aktif (misal: PAIKEM/Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) cukup efektif untuk mengembangkan karakter peserta didik. 
  • Bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, Penilaian kinerja, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai karakter sebaiknya tidak dinyatakan secara kuantitatif, tetapi secara kualitatif, misalnya:

  • BT: Belum Terlihat, apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tandaawal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator. 
  • MT: Mulai Terlihat, apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tandatandaperilaku/karakter  yang  dinyatakan  dalam  indikator  tetap belum konsisten. 
  • MB: Mulai Berkembang,apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten. 
  • MK: Menjadi Kebiasaan atau membudaya, apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan  perilaku/karakter  yang  dinyatakan  dalam  indikator  secara konsisten (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).

Bahan ajar disiapkan. Bahan ajar yang biasanya diambil dari buku ajar (buku teks) perlu disiapkan dengan  merevisi  atau menambah  nilai-nilai  karakter ke dalam pembahasan  materi  yang ada di dalamnya. Buku-buku yang ada selama ini meskipun telah memenuhi  sejumlah  kriteria kelayakan buku  ajar,  yaitu kelayakan isi,  penyajian,  bahasa,  dan  grafika,  akan  tetapi materinya  masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan embelajaran dengan berpatokan pada kegiatan kegiatan pembelajaran pada buku-buku  tersebut,  pendidikan  karakter  secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain  itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya

  1. Pelaksanaan Pembelajaran
    Kegiatan  pembelajaran  dari  tahapan  kegiatan  pendahuluan,  inti, dan penutup dipilih  dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.

    1. Pendahuluan
      Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
      1. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
      2. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi  yang akan dipelajari.
      3. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
      4. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh. 

  1. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
  2. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika
  3. memasuki ruang  kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
  4. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
  5. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
  6. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya  (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
  7. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yangditanamkan: disiplin)
  8. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan:disiplin, santun, peduli)
  9. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
  10. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butirkarakter yang hendak dikembangkan selain  yang terkait dengan SK/KD.

  1. Inti
    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.
    Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai yang diambil dari Standar Proses.

  1. Eksplorasi

  • Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
  • Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
  • Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
  • Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
  • Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)

  1. Elaborasi

  • Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis.
  • Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
  • Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
  • Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
  • Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
  • Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  • Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  • Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
  • Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)

  1. Konfirmasi

  • Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
  • Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
  • Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
  • Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:

  • berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
  •  membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
  • memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
  • memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
  • memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

  1. Penutup
    Dalam kegiatan penutup, guru:

  • Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
  • Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
  • Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
  • Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
  • Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


  1. Evaluasi Pembelajaran
    Evaluasi  atau  penilaian  merupakan  bagian  yang  sangat  penting  dalam  proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter, penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan psikomorotiknya.
    Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilian yang dilakukan guru bisa benardan objektif, guru harus memahami prinsip prinsip  penilaian  yang  benar  sesuai  dengan  standar  penilaian  yang sudah ditetapkan oleh para ahli penilaian. Pemerintah (Kemdiknas/Kemdikbud) sudah menetapkan Standar Penilaian Pendidikan yang dapat  dipedomani  oleh  guru  dalam melakukan penilaian di sekolah, yakni Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam standar ini banyak teknik dan bentuk penilaian yang ditawarkan untuk melakukan penilaian, termauk dalam penilaian karakter. Dalam penilaian karakter, guru hendaknya membuat instrumen penilaian yang dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk menghindari penilaianyang subjektif, baik dalam bentuk instrumen penilaian pengamatan (lembar pengamatan) maupun instrumen penilaian skala sikap (misalnya skala Likert)


      1. Strategi Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Karakter

Pelaksanaan pendidikan berkarakter sebagai salah satu inovasi dalam pembelajaran perlu segera dilakukan dengan melakukan berbagai bentuk strategi khusus di tingkat sekolah. Hal ini diharapkan agar tujuan pembelajaran dengan mengarah kepada pembentukan karakter dapat di capai yaitu membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Sehingga Strategi Pembelajaran Berkarakter disekolah harus disusun dengan mengacu pada beberapa komponen yaitu strategi Kegiatan Pembelajaran, Pengembangan budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar, Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.Secara rinci strategi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan langkah berikut:

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).

Pembelajaran  kontekstual mencakup beberapa strategi,  yaitu: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.

Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler

Aspek yang juga perlu diperhatikan dalam menyusun strategi adalah merancang kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler di tingkat sekolah. Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.













BAB 3

PENUTUP

    1. Kesimpulan
      Sebagai seseorang, kita wajib menghormati orang lain. Baik itu pendapat, sikap, tingkah laku maupun keyakinan. Kita tidak boleh mencaci maki keyakinan orang lain. Kita harus bisa menghormati keyakinan atau pendapat orang lain. Ada pepatah yang mengatakan kalau kita mau dihormati, maka kita harus menghormati dulu. Mungkin pepatah itu bisa dijadikan motivasi buat kita aagar kita bissa menghormati orang lain.
      Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
      Oleh karena itu, kita harus melaksanakan kurikulum berbasis karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran serta mempunyai strategi mengembangkan pembelajaran berbasis karakter.

    2. Kritik dan Saran
      Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para pembaca, karena kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik lagi.














DAFTAR PUSTAKA



Ubadilahar. (2016). Pendidikan Karakter [online]. Tersedia: http://ubadilahar.blogspot.co.id/2016/08/makalah-pendidikan-karakter-hormat-pada.html  (diakses tanggal 01 Oktober 2016)



Rosalinda, D. (2015). Pembelajaran Berbasis Karakter [online]. Tersedia: http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2015/02/pembelajaran-berbasis-karakter (diakses tanggal 01 Oktober 2016)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar